“Hai, teman-teman!
Diblog kali ini saya akan menuliskan
tentang “Financial Technology” atau yang biasa disingkat dengan sebutan
“Fintech”. Kebanyakan dari kalian pasti sudah pernah mendengar atau bahkan
sudah mengetahuinya kan? Atau ada yang sama sekali tidak pernah tahu? Nah,
diblog ini saya akan menjelaskan secara lengkap tentang Financial Technology,
mulai dari pengertian, sejarahnya, jenis-jenis Fintech, dan salah satu contoh
perusahaan Fintech.”
A. PENGERTIAN FINANCIAL TECHNOLOGY
Era teknologi merupakan sebuah era di mana kehidupan dan
aktivitas masyarakat akan lebih mudah dan efektif dikarenakan peran dunia
digital.Salah satu jenis startup yang mulai naik daun adalah pada bidang
Fintech.
Apa itu
Financial Technology? Financial Technology (Fintech) adalah
hasil gabungan antara jasa keuangan dengan teknologi yang mengubah model bisnis
konvensional menjadi moderat, yang pada awalnya dalam membayar harus bertatap
muka dan membawa sejumlah uang cash, kini dapat melakukan transaksi jarak jauh
dengan melakukan pembayaran hanya dalam hitungan detik saja.
Dalam arti
singkatnya, Fintech adalah sebuah inovasi di dalam bidang jasa keuangan. Inovasi yang ditawarkan Fintech
sangat luas dan dalam berbagai segmen, baik itu B2B (Business to Business)
hingga B2C (Business to Consumer).
Beberapa
contoh bisnis yang tergabung di dalam Fintech adalah:
a. Proses jual beli saham,
b. Pembayaran,
c. Peminjaman uang (lending) secara peer to peer,
d. Transfer dana,
e. Investasi ritel,
f. Perencanaan keuangan (personal finance),
g. Dan lainnya.
Dengan adanya Fintech, mempengaruhi kebiasaan
transaksi masyarakat menjadi lebih praktis dan efektif. Startup ini
sangat membantu masyarakat untuk lebih
mudah mendapatkan akses terhadap produk keuangan dan meningkatkan literasi
keuangan.
“Setelah mengetahui pengertian dari
“Financial Technology”, pasti kalian juga ingin mengetahui tentang asal usul
atau sejarah terbentuknya Fintech kan? Untuk memperluas wawasan pengetahuan
kalian, dibawah ini saya akan memaparkan sejarah Fintech secara nasional sampai
dengan global.”
B. SEJARAH FINANCIAL TECHNOLOGY DI INDONESIA
Sudah tak
dapat dipungkiri, teknologi digital di sektor finansial atau Fintech memberikan
kenyamanan bagi pengguna dalam bertransaksi. Itulah yang menjadi alasan bisnis
ini terus berkembang tanpa henti.
Terbentukya Asosiasi Fintech Indonesia (AFI) pada bulan September 2015 dapat menarik perhatian para pebisnis.
Dengan tujuan menyediakan partner bisnis yang terpercaya dan dapat
diandalkan untuk membangun ekosistem Fintech di Indonesia yang berasal dari
perusahaan-perusahaan Indonesia dan untuk Indonesia sendiri, perusahaan ini
sudah menghimpun kurang lebih 30% dari seluruh pengguna Fintech di Indonesia.
Perkembangan pengguna Fintech ini juga terus berkembang,
dari awalnya 7% pada tahun 2006-2007 menjadi 78% pada tahun 2017 ini.
Jumlah pengguna tercatat per 2017 adalah sebanyak 135-140 perusahaan.
Dilansir dari Kontan.co.id, Senin (28/8/17), Deputi Gubernur
Senior BI, Mirza Adityaswara, mengatakan berdasarkan data Statistika, total
nilai transaksi Financial Technology (Fintech) di Indonesia tahun
lalu diperkirakan mencapai US$15,02 miliar (Rp202,77 triliun).
Jumlah itu tumbuh 24,6% dari tahun sebelumnya. Pada 2017,
total nilai transaksi di pasar Fintech diproyeksikan mencapai US$18,65 miliar
(Rp251,775 triliun).
“Apa ya yang menyebabkan industri ini begitu digemari di
Indonesia? Yuk kita simak beberapa alasannya berikut ini”
1. Fintech Memudahkan Berbagai Proses dalam Bidang Keuangan
Fintech memberi kemudahan dengan
jangkauan luar biasa bagi mereka yang belum terjangkau produk keuangan dari
bank.
Selain itu, Fintech juga menyentuh
generasi muda yang sudah familiar dengan internet dan memanfaatkan internet
dalam segala kebutuhannya. Mengapa tidak? Nyatanya Fintech juga dapat membuat
segalanya lebih sederhana dan efisien.
Fintech juga membuka peluang usaha
bagi generasi Y yang selalu aktif menyelesaikan masalah. Bila tidak ditemukan
solusi, mereka akan membangun usaha startup dengan tujuan
menghasilkan solusi bagi masyarakat.
2. Perkembangan Teknologi yang Menunjang Fintech
Seiring dengan perkembangan
teknologi, muncul sebuah peluang untuk membuat perusahaan berbasis online.
Misalnya, saja dalam bidang keuangan.
Karena ada peluang inilah,
perusahaan Fintech terus bermunculan dengan misi memenuhi kebutuhan masyarakat
untuk melakukan aktivitas keuangan secara online.
3. Terinspirasi Pelaku Bisnis Sebelumnya
Siapa yang tidak tahu perusahaan startup
ternama seperti Gojek? Beberapa perusahaan startup yang sukses layaknya
dongeng menjadi kenyataan. Seseorang bisa sukses hanya dalam waktu yang
singkat, serta berkembang menjadi perusahaan multinasional.
Hal ini menjadi salah satu pendorong
para generasi muda untuk juga meraih impiannya melalui industri Fintech.
Mengapa Fintech?
Karena Fintech masih tergolong baru,
sehingga masih ada peluang tinggi dalam memasukinya dan menjadi sukses di
dalamnya.
4. Anggapan Bisnis Fintech yang Fleksibel
Karena baru sedikit peraturan yang melingkupinya, industry Fintech kerap dianggap fleksibel dan tidak kaku dibandingkan dengan bisnis konvensional. Oleh karena itu, industri ini menjadi lahan yang tepat bagi para pebisnis muda yang ingin menyalurkan kreativitasnya dalam berbisnis.
5. Penggunaan Teknologi, Software, dan Big Data
Usaha Fintech menggunakan teknologi,
software dan big data. Selain itu, Fintech juga menggunakan data
dari media sosial. Data-data tersebut dapat dijadikan bagian dari analisis
risiko.
C. SEJARAH FINACIAL TECHNOLOGY DIDUNIA
Financial Technology di dunia digital diawali dengan kemajuan teknologi di bidang keuangan. Perkembangan komputer serta jaringan internet di tahun 1966 ke atas membuka peluang besar bagi para pengusaha finansial untuk mengembangkan bisnis mereka secara global.
Di era 1980an, bank mulai menggunakan sistem pencatatan data yang mudah diakses melalui komputer. Dari sini, benih-benih FinTech mulai muncul di back office bank serta fasilitas permodalan lainnya. Di tahun 1982, E-Trade membawa FinTech menuju arah yang lebih terang dengan memperbolehkan sistem perbankan secara elektronik untuk investor. Berkat pertumbuhan internet di tahun 1990an, model finansial E-Trade semakin ramai digunakan. Salah satunya adalah situs brokerage saham online yang memudahkan investor untuk menanamkan modal mereka.
Tahun 1998 adalah saat di mana bank mulai mengenalkan online banking untuk para nasabahnya. FinTech pun menjadi semakin mudah digunakan masyarakat luas, juga makin dikenal. Pembayaran yang praktis dan jauh berbeda dengan metode pembayaran konvensional membuat perkembangan FinTech semakin gencar. Layanan finansial yang lebih efisien dengan menggunakan teknologi dan software dapat dengan mudah diraih dengan FinTech.
Sekarang pasti wawasan kalian tentang Fintech sudah bertambah bukan? Tapi jangan puas dulu, setelah mengetahui pengertian dan sejarah dari Fintech, tentu saja kalian harus tau juga dong mengenai jenis-jenis Fintech. Berikut adalah penjelasan tentang jenis-jenis dari Financial Technologi...
D. JENIS-JENIS FINACIAL TECHNOLOGY
1. Manajemen Aset
Kesibukan
operasional perusahaan, seperti penggajian, pengelolaan karyawan, sistem
pembiayaan, dan lain-lain, sekarang ini banyak startup yang melihat hal itu
sebagai peluang untuk membuka bidang usaha. Jojonomic, misalnya, salah
satu jenis startup yang bergerak dibidang manajemen aset. Perusahaan ini
menyediakan platform Expense Management System untuk membantu
berjalannya sebuah usaha lebih praktis dan efisien. Dengan adanya starup
seperti Jojonomic ini, masyarakat Indonesia bisa lebih paperless, karena
semua rekapan pergantian biaya yang semula dilakukan manual, cukup dilakukan
melalui aplikasi untuk persetujuan pergantian biaya tersebut.
2. Crowd Funding
Kegiatan penggalangan
dana, beramal, dan kegiatan sosial lainnya sekarang sudah bisa pula melalui
startup yang bergerak di bidang crowd funding. Lebih tepatnya, crowd
funding adalah startup yang menyediakan platform penggalangan danauntuk
disalurkan kembali kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti korban bencana
alam, korban perang, mendanai pembuatan karya, dan sebagainya. Penggalangan
dana tersebut dilakukan secara online. Salah satu contoh startup
crowd funding terbesar adalah Kitabisa.com. Startup ini menciptakan
wadah agar kita bisa membantu sesama dengan cara yang lebih mudah,
aman, dan efisien.
3. E-Money
E-Money
atau uang elektronik, sebagaimana namanya, adalah uang yang
dikemas ke dalam dunia digital, sehingga dapat dikatakan dompet
elektronik. Uang ini umumnya bisa digunakan untuk berbelanja, membayar tagihan,
dan lain-lain melalui sebuah aplikasi. Salah satu dompet elektronik itu adalah
Doku. Doku merupakan sebuah aplikasi yang bisa dengan mudah diunggah di smartphone. Doku
dilengkapi dengan fitur link kartu kredit dan uang elektronik atau cash
wallet, yang dapat kita gunakan untuk berbelanja baik secara online maupun offline kapan
dan di mana saja melalui aplikasi tersebut.
4. Insurance
Jenis startup yang bergerak di bidang insurance ini cukup menarik. Karena bisanya asuransi yang kita ketahui selama ini merupakan asuransi konvensional, di mana kita mensisihkan sejumlah uang perbulan sebagai iuran wajib untuk mendapatkan manfaat dari asuransi tersebut di masa depan, jenis asuransi startup tidak semua berjalan demikian. Ada pula startup asuransi yang menyediakan layanan kepada penggunanya berupa informasi rumah sakit terdekat, dokter terpercaya, referensi rumah sakit, dan sebagainya. HiOscar.com adalah satu jeni startup seperti ini. Startup ini dibangun dengan tujuan untuk memberikan cara yang sederhana, intuitif, dan proaktif dalam membantu para pelanggannya menavigasi sistem kesehatan mereka. Startup ini berkolaborasi dengan para provider atau dengan para dokter kelas dunia dan rumah sakit terbaik yang ingin bekerja sama untuk membantu mengelola kesehatan para anggotanya.
5. P2P Lending
Peer
to peer (P2P)
Lending adalah startup yang menyediakan platform pinjaman secara online. Urusan
permodalan yang sering dianggap bagian paling vital untuk membuka usaha,
melahirkan ide banyak pihak untuk mendirikan startup jenis ini. Dengan
demikian, bagi orang-orang yang membutuhkan dana untuk membuka atau
mengembangkan usahanya, sekarang ini bisa menggunakan jasa startup yang
bergerak di bidang p2p lending. Adalah Uangteman.com salah satu contoh startup
yang bergerak di bidang ini. Startup ini bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan finansial masyarakat dengan cara cukup mengisi
formulir di website uangteman.com dalam waktu sekitar 5 menit, dan memenuhi persyaratannya.
6. Payment Gateway
Bertumbuhnya perusahaan e-commerce memicu pula semakin banyak didirikannya startup yang menjadi jembatan penghubung antara e-commerce dengan pelanggan, terutama dalam hal sistem pembayaran. Layanan yang disediakan startup untuk e-commerce ini disebut dengan layanan payment gateway. Payment gateway memungkinkan masyarakat memilih beragam metode pembayaran berbasis digital (digital payment gateway) yang dikelola oleh sejumlah start up, dengan demikian akan meningkatkan volume penjualan e-commerce. Payment gateway satu di antaranya adalah iPaymu.
7. Remittance
Remittance
adalah jenis startup yang khusus menyediakan layanan pengiriman uang antar
negara. Banyak didirikannya startup remittance ini dalam rangka membantu
masyarakat yang tidak memiliki akun atau akses perbankan. Adanya startup jenis
ini sangat membantu para TKI atau siapa saja yang mungkin salah satu anggota
keluarganya berada di luar negeri, karena proses pengiriman yang mudah dan
biaya lebih murah. Di Singapura misalnya, berdiri sebuah startup fintech
bernama SingX.
8. Securities
Saham, forex, reksadana, dan lain sebagainya, merupakan investasi yang sudah tidak asing lagi didengar. Securities dapat dikatakan sebagai jenis startup yang menyediakan platform untuk berinvestasi saham secara online. Contoh startupnya adalah Bareksa.com. Didirikan pada tanggal 17 Februari 2013 Bareksa.com adalah salah satu securities startup terintegrasi pertama di Indonesia yang menyediakan platform untuk melakukan jual-beli reksa dana secara online, memberikan layanan data, informasi, alat investasi reksa dana, saham, obligasi, dan lain-lain.
Bank Indonesia, selaku pembuat regulasi memiliki 4 klasifikasi. Keempat klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Payment, clearing dan settlement. Ini adalah
fintech yang memberikan layanan sistem pembayaran baik yang diselenggarakan
oleh industri perbankan maupun yang dilakukan Bank Indonesia seperti Bank
Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Sistem Kliring
Nasional BI (SKNBI) hingga BI scripless Securities Settlement System (BI-SSSS).
Contohnya, Kartuku, Doku,iPaymu, Finnet dan Xendit.
2. E-aggregator. Fintech ini
menggumpulkan dan mengolah data yang bisa dimanfaatkan konsumen untuk membantu
pengambilan keputusan. Startup ini memberikan perbandingan produk mulai dari
harga, fitur hingga manfaat. Contohnya, Cekaja, Cermati, KreditGogo dan
Tunaiku.
3. Manajemen resiko dan investasi.
Fintech ini memberikan layanan seperti robo advisor (perangkat lunak
yang memberikan layanan perencanaan keuangan dan platform e-trading dan
e-insurance. Contohnya, Bareksa, Cekpremi dan Rajapremi.
4. Peer to peer lending (P2P). Fintech ini mempertemukan
antara pemberi pinjaman (investor) dengan para pencari pinjaman dalam satu
platform. Nantinya para investor akan mendapatkan bunga dari dana yang
dipinjamkan. Contohnya, Modalku, Investree, Amartha dan KoinWorks.
“Nah,
sekarang kalian pasti sudah sangat sangat sangaaatt memahami tentang Financial
Technology kan?? Pasti dong, mulai dari Pengertian, Sejarah, sampai dengan
Jenis-jenis dari Fintech sudah dijelaskan diatas. Dan sekarang saya akan
memberikan salah satu contoh perusahaan Financial Technology berikut dengan
sejarah perusahaan tersebut...”
E. SEJARAH JOJONOMICS
Sejarah berdirinya Jojonomic ini bermula dari pengalaman pribadi Indrasto sendiri, yang pada saat itu bekerja di sebuah perusahaan besar. Di mana saat itu ia harus menandatangani sekian banyak dokumen, dan menghabiskan waktu satu hari hanya untuk menangani persetujuan pergantian biaya. Dan pada perusahaan sebelumnya, Indrasto juga harus menghabiskan waktu sekian jam untuk membuat rekapan pergantian biaya secara manual. Keadaan itu akhirnya menimbulkan ide kreatif untuk membangun Jojonomic dan melakukan launching di saat yang tepat, ketika teknologi semakin digilai masyarakat pada akhir Desember 2015. Hebatnya, dari hanya terdiri dari tiga orang saja saat didirikan, kini Jojonomic telah memiliki 50 karyawan dalam menjalankan usahanya. Hal ini merupakan tanda bahwa startup ini mampu memperluas jaringan usahanya dalam waktu sekitar hampir 2 tahun.
Fokus dari Jojonomic itu sendiri adalah pada awalnya ingin membuat literasi keuangan masyarakat Indonesia lebih melek finansial. Dalam pelaksanaannya, Jojonomic menyediakan produk awal, yaitu Personal Finance, namun dalam perkembangannya, dalam rangka meningkatkan manifestasi di masyarakat, maka Jojonomic mulai melakukan terobosan baru, yaitu merambah ke B2B (Business to Business). Di mana Jojonomic memfasilitasi bagaimana proses reimbursement dan manajemen expenses dari sebuah perusahaan bisa lebih terkontrol dan termonitor.
“Jadi Jojonomic berupaya untuk bagaimana membuat antara karyawan dengan perusahaan menjadi lebih mudah komunikasinya dengan media aplikasi,” ujar Chandra.
Lebih lanjut Rezha Radhitya menjabarkan bahwa proses reimbursement secara konvensional yang selama ini berjalan tentu memerlukan waktu lebih banyak dan bukti dokumen fisik, sehingga bisa saja merugikan karyawan apabila bukti dokumen tersebut hilang. Dengan demikian, adanya sistem aplikasi reimbursement di Jojonomic ini merupakan solusi agar tidak terjadi kerugian tersebut, karena semua transaksi terekam diserver, sekaligus menjadikan perusahaan lebih paperless.
“Pada intinya aplikasi ini (reimbursement) mempercepat proses secara manual, dan melakukan support engineer yang sudah ada,” kata Rezha.
Ketika ditanya apa tantangan terbesar dalam menjalankan Jojonomic, Rezha menyatakan bahwa hal yang perlu ditaklukkan adalah bagaimana mengubah paradigma seseorang agar mau melek digital di era yang serba teknologi ini, dan menyadarkan bahwa cara konvensional dengan berbagai kekurangannya dewasa ini tidak bisa terus diterapkan.
Pada perkembangannya, Rezha juga mengatakan bahwa layanan dari Jojonomic ini tidak hanya berbatas pada reimbursement atau manajemen expenses saja. Jojonomic berupaya untuk menyediakan apa yang dibutuhkan oleh customer dan memberikan solusinya. Pelanggan dari Jojonomic tidak hanya perusahaan umum, seperti Pertamina, Jurnal, dan lain-lain tapi juga yang bergerak dalam bidang perbankan, yaitu Bank Bukopin.
Dalam program jangka panjangnya, Jojonomic berencana ingin setiap aktivitas karyawan bisa terkontrol melalui Jojonomic, seperti data masuk karyawan, jadwal tugas karyawan di luar kantor, dan lebih jauh lagi, Jojonomic ingin bisa berinovasi dengan menyediakan layanan booking ruang meeting, booking trip atau tiket perjalanan ke luar kota maupun ke luar negeri juga akan memungkinkan disiapkan melalui Jojonomic.
Terakhir, Chandra memberikan tips kepada masyarakat yang mungkin ingin membuka startup, bahwa masalah permodalan bukanlah satu-satunya faktor utama untuk membuka usaha, tapi yang paling penting justru adalah bagaimana mengeksekusi ide-ide yang bermunculan.
Sebagai penutup Indrasto mengemukakan bahwa visi dan misi dari Jojonomic adalah bercita-cita bahwa aplikasi ini bisa ikut mengharumkan nama bangsa dan membanggakan Indonesia.
“Kebanyakan selama ini kita mungkin pakai aplikasi dari produk luar. Oleh karena itu aplikasi bisnis seperti Jojonomic ini diharapkan bisa membuat masyarakat menyadari bahwa Indonesia juga punya aplikasi bisnis yang layak untuk dipakai di luar. Dan sejauh ini pelanggan Jojonomic tidak hanya dari Indonesia, tapi juga sudah dipergunakan di Singapura, Malaysia, Thailand, dan mudah-mudahan akan terus berkembang ke negara lainnya. Pada beberapa bulan lalu Jojonomic juga sempat ikut pameran IT di Jerman.”
“Sekian blog saya kali ini, maaf jika masih banyak kesalahan dalam penulisan maupun kekurangan-kekurangan lainnya. Saya akan terus berusaha untuk menjadi lebih baik lagi!Semoga blog ini bermanfaat yaa Terimakasih!”
REFERENSI :
https://www.finansialku.com/definisi-fintech-adalah/
(diakses pada 18/10/2018) https://www.bi.go.id/id/edukasi-perlindungan-konsumen/edukasi/produk-dan-jasa-sp/fintech/Pages/default.aspx (diakses pada 18/10/2018)
https://blog.modalku.co.id/blog/sejarah-dan-perkembangan-fintech/ (diakses pada 18/10/2018)
https://www.finansialku.com/perkembangan-fintech-di-indonesia/ (diakses pada 18/10/2018)
https://www.cnbcindonesia.com/fintech/20180110145800-37-1126/ini-dia-empat-jenis-fintech-di-indonesia (diakses pada 18/10/2018)
https://www.duniafintech.com/jojonomic-expense-management-system/
(diakses pada 18/10/2018)
Thanks infonya. Oiya ngomongin fintech, yang lagi rame kan P2P Lending ya. Teman-temen tau ga sih sejarah P2P Lending itu kayak gimana? Kalo belum tau bisa cek di sini: sejarah p2p lending
BalasHapus